In Memoriam Prof. Ridlwan Nasir: Sosok yang Senang Memudahkan yang Lain


Wasid Mansyur
Dosen FAHUM UIN Sunan Ampel Surabaya 

Kabar atas wafatnya Prof. Dr. KH. M. Ridlwan Nasir, MA di dalam pesawat pada Rabu 15 Januari 2025 ketika perjalanan pulang dari ibadah Umroh, cukup mengagetkan banyak kalangan, terlebih siapapun yang memiliki hubungan dengan beliau melalui wasilah institusi UIN Sunan Ampel Surabaya; baik __pernah tercatat__ sebagai mahasiswa, teman maupun kolega sesama dosen. Kabar yang sangat cepat melalui berbagai group WhatsApp memberikan petanda bahwa interaksi Prof Ridlwan Nasir, selanjutnya disebut, sangat luas dan terbuka bagi semua kalangan lintas generasi dan kelompok. Bukankah, sampai ia meninggal masih menjabat sebagai Ketua Umum Yayasan Khodijah Surabaya, Mustasyar PWNU Jatim, Pembina Masjid al-Akbar Surabaya dan Anggota Pertimbangan MUI Jatim. 

Ia bukan saja salah satu Guru Besar terbaik UINSA dari Fakultas Syariah dan Hukum dengan penguasaan mendalam atas ilmu-ilmu keislaman klasik, tapi juga tercatat pernah menjadi Rektor periode 2000-2008 serta Direktur Pascasarjana UIN Sunan Ampel (2010-2014). Menariknya dan layak diteladani, walau ia menyandang jabatan yang “mentereng”, rumahnya sangat terbuka menjadi tempat curhat bagi para mahasiswa-aktivis dan para mantan aktivis pergerakan. Cara memperlakukannya yang ramah dan murah senyum menjadi salah satu sebab Ia menjadi pilihan tempat curhat yang enak, walau perbincangan dengannya cukup beragam mulai persoalan akademik, perjodohan hingga konsultasi kaitan dengan kehidupan.

Dari sini, maka banyak cerita-cerita khas dari kebaikan Prof Ridlwan Nasir dari para aktivis, teman dan koleganya sebagai bentuk kesaksian baik, termasuk kesaksian penulis sepanjang berinteraksi dengannya. Bagi penulis, Prof Ridlwan Nasir bukan saja Guru, tapi juga Orang Tua kedua sebab dalam hal-hal penting tak jarang penulis juga mengkonsutasikan dengannya dengan ketajaman dalam memberikan solusi. Pastinya sowan _jika tidak memungkinkan mengabarkan melalui HP, hanya berharap petuah bijak dalam setiap mengambil dan memilih Keputusan-keputusan penting, walau sering juga mendapatkan ijazah-ijazah khusus untuk dibaca, seperti membaca surat al-Fatihah 100 x atau membaca Sholawat Badawi dengan kayyifah tertentu dengan sanad dari KH. Abdul Hamid Pasuruan. Ia sering mengajarkan, “jangan semua urusan diselesaikan dengan akal. Libatkan gusti Allah SWT agar semua dapat terurai dengan baik dan berkah sesuai dengan jalan takdirNya. Maturnuwun segala ilmunya Prof Ridlwan Nasir.

Wafatnya Prof Ridlwan Nasir memang mengagetkan, apalagi tidak ada kabar tentang kondisi sakitnya. Tapi begitulah kematian bagi yang hidup. Kematian akan datang tanpa diduga-duga, bahkan tidak dibisa dikompromi ketika ia benar-benar datang. Karenanya, jangan pernah takut mati, tapi takutlah bekal terbaik apa yang dibawah setelah kematian. Pesan Nabi Muhammad Saw: Orang yang cerdas (sukses) adalah orang yang menghisap (mengevaluasi) dirinya sendiri, serta beramal untuk kehidupan kematiannya. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT (al-kaysu man dana nafsahu wa ‘amila lima ba’da al-maut. Wa al-‘ajiz ma atba’a nafsahu hawahu watamma ‘ala al-Allah). Teringat syair pula tentang dunia dan kematian sebagai berikut:

يا من بدنياه اشتغل # قد غره طول الأمل
الموت يأتي بغتة  # والقبر صندوق العمل  

Wahai orang yang disibukkan dengan urusan dunia
Sungguh ia telah terpedaya oleh angan-angan (hidup) panjangnya
(Ketahuilah) kematian akan datang secara tiba-tiba
Dan (yakinlah) Kuburan kelak menjadi kotak (balasan) amal”

 

Kemudahan Solusi

Salah satu prinsip Prof. Ridlwan Nasir yang sangat dikenal adalah “kalau bisa dipermudah, kenapa harus dipersulit”. Prinsip ini yang kemudian menjadi jalan hidupnya untuk memberikan kemudahan-kemudahan kepada orang lain, ketika diminta bantuan. Pastinya, kemudahan yang diberikan tidak bertentangan dengan aturan yang telah ditetapkan, apalagi bertentangan dengan aturan syari’at. Bahkan tidak jarang, untuk mewujudkan kemudahan itu, ia langsung mengeksekusi sendiri kepada pihak-pihak yang terkait.   

Penulis merasakan betul ketika pernah mengantar salah satu teman (tanpa perlu menyebutkan nama), yang akan terancam DO, sementara tugas akhirnya sudah selesai. Tanpa basah-basih, Prof. Ridlwan Nasir dengan mudahnya mengatakan “santai aja mas”, yang penting tugas akhir sudah tuntas. Di depan penulis dan teman, ia langsung meng-eksekusi dengan menelpon para dosen yang ahli membahas tugas akhir tersebut, sambil mengatakan bahwa dua atau tiga hari lagi siap-siap ujian sambil menunggu jadwal resmi, padahal waktu wisuda sudah hanya hitungan hari. Ini hanya persoalan keterlambatan, kalau bisa dikawal, mengapa tidak dibantu.

Kini teman yang akhirnya lulus itu menjadi akademisi yang sukses di salah satu perguruan tinggi Jawa Timur. Karenanya, setiap kali bertemu dengan teman yang dimaksud, setiap kali pula ia mengatakan masih teringat peran Prof. Ridlwan Nasir yang ikut membantu memberikan jalan terang dalam perubahan hidupannya. Memang apa yang dilakukan Prof. Ridlwan Nasir bisa dikatakan sederhana, tapi faktanya tidak semua orang bisa melakukan. Padahal, betapa kecewanya teman itu bila tidak dibantu, apalagi harus berakhir dengan DO kuliah.  

Bukan hanya itu, penulis pernah mengalami sendiri, ketika semua teman kelas S-3 Beasiswa Kemenag angkatan 2010 mulai dipusingkan oleh isu-isu liar mengembalikan keuangan beasiswa karena alasan tertentu. Prof. Ridlwan Nasir selaku Direktur Pascasarjana dengan ringannya mengatakan: tidak perlu diambil pusing untuk mengembalikan keuangan. Bukankah itu rizki “sampean semua”. Sejak itulah teman-teman ada sedikit kegembiraan sebab ada garansi. Tapi, semua yakin ada tangan dinginnya melakukan komunikasi level elite. Buktinya apa yang disampaikannya benar-benar terjadi. Tidak ada apa-apa kaitan dengan pengembalian uang hingga hampir semua lulus menyandang gelar Doktor. Bahkan sebagian saat ini sudah menyandang gelar Profesor dan mendudukan jabatan penting dikampusnya.

Itulah sekelumit cerita kebaikan Prof. Ridlwan Nasir kaitan bagaimana ia selalu memberikan kemudahan solusi bagi orang lain dan senantiasa menyemangati untuk bangkit. Pastinya, prinsip memberikan kemudahan pada orang lain tanpa melanggar aturan tidak datang begitu saja. Tapi lahir dari kedalaman spiritual yang dilakoninya sepanjang hidup sebagai pengamal sholawat yang tiada henti hingga berkali-kali amalan ini diijazahkan kepada orang lain. Prof. Ridlwan Nasir telah memberikan teladan bahwa kedalaman spiritual harus memberikan konsekwensi nyata bagi kenyamanan orang lain, bukan malah selalu menyulitkan. Maka wajarlah _sekali lagi_ ia sering mengatakan: “kalau bisa dipermudah, kenapa harus dipersulit.”

Akhirnya, Selamat Jalan Aba Ridlwan. Semoga apa yang dilakukan “panjenengan” dalam memberikan berbagai kemudahan bagi orang lain menjadi “lentera” yang dapat menerangi perjalanan berikutnya (faman ya’mal mistqala dzarratin khoiran yarahu…). Amin ya rabbal a'lamin  

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.