KEBIJAKSANAAN DEDIKASI
Wasid Mansyur
(Dosen FAHUM UIN Sunan Ampel Surabaya)
Tidak ada sesuatu apapun dalam hidup dan kehidupan yang tidak ada batasnya. Semua ada batasannya sebab dengan itu proses regenerasi akan berlangsung dan kontinyuitas kehidupan akan mengalami proses dinamika yang tiada henti; lebih baik atau bahkan lebih buruk. Itulah jalan kehidupan sehingga siapapun orangnya akan mengiringi perjalanan waktu dan pastinya ia memiliki dedikasi tertentu yang ia curahkan sepenuh hati sehingga setiap waktunya selalu berada dalam upaya mengisi aktivitas keseharian agar lebih baik sesuai dengan makna kebaikan yang diyakini.
Menurut penulis, dedikasi pengabdian sebagai dosen meniscayakan
baginya untuk mencurahkan waktu, pikiran dan tenaga, apalagi mereka __khususnya
yang purna tugas--- melakukannya dengan sepenuh hati, dan ditempuh selama beberapa puluh tahun. Tidak
semua orang bisa menyempurnakan dengan sebaik-baiknya, kecuali atas bimbingan
Allah SWT dan tekad yang kuat dari yang bersangkutan. Pastinya, banyak dinamika
intelektual yang dialami, termasuk dinamika interaksi dengan sesama dosen yang
layak diteruskan bagi yang masih aktif sebagai dosen.
............
Setidaknya ada dua kebijaksanaan dedikasi yang ditemukan sepanjang berinteraksi dengan empat dosen yang telah pali purna, baik sebagai dosen, teman diskusi, bahkan tidak jarang menjadi teman “cangkruan” setelah mengisi aktivitas mengajar mahasiswa sambil “ngopi” dengan diiringi makanan ringan seperti “telo” dan puhong” godok, gorengan hingga pisang “godok”. Pertamanya, dedikasi keilmuan. Menariknya, mereka semua telah meluangkan banyak waktu, tenaga dan pikiran selama menjadi dosen untuk terus melakukan proses pengembangan keilmuan. Bukan hanya dengan menulis penelitian, tapi juga terjun di lapangan untuk memastikan apa yang ada dibuku dengan fakta kekinian untuk memastikan keotentikan ilmu pengetahuan, apalagi yang berkaitan dengan sejarah dan peradaban Islam.
Tidak salah keahlian empat tokoh ini unik dan butuh waktu lama untuk bisa menggantinya sesuai dengan jam terbang; mulai kajian-kajian Islam dan kemoderenan, Kajian Filologi dan Manuskrip, Islam Jawa hingga kesusasraan Arab. Dari semuanya, banyak hal yang layak dipelajari untuk ditiru kaitan dengan dedikasi keilmuan yang unik dan menjadi karakter masing-masing dalam proses-proses menjadi dosen. Sebagian ada yang selalu bergulat dalam kelimuan dengan melalui makam, manuskrip hingga sebagian sering melakukan traveling ke tempat-tempat yang memiliki hubungan dengan peradaban Islam . Tidak ada kata lain, walau tugas sebagai dosen itu palipurna, semoga masih ada waktu luang keilmuan itu terus mengalir dalam momentum silaturrahim keilmuan dengan keluarga civitas akademika Fakultas Adab dan humaniora.
Kedua, dedikasi pertemanan. Kesibukan mengajar sebagai slah satu tugas pokok dosen telah dilakukan dengan penuh tanggung jawab, tapi menariknya pertemanan para dosen senior tidak pernah berkurang. Artinya, ada waktu-waktu tertentu yang disediakan untuk meluangkan agar keakraban terus terjalin; mulai dengan teman sejawat antar sesama dosen hingga mahasiswa. Kesederhanaan para dosen senior ini layak diteruskan bagi yang muda-muda, di mana komunikasi mereka tidak berjarak, waktu statusnya sebagai dosen senior, bahkan sebagian bertitel Guru Besar dan aktif diberbagai organisasi. Kita merasakan betul, betapa selalu ada waktu luang untuk komunikasi sambil santai untuk sekedar mengobrolkan hal-hal yang remeh-temeh hingga persoalan pengembangan keilmuan dan kampus.
Apakah tidak ada “gesekan” antar sesama teman?. Pasti ada sebab dalam ruang sosial selalu ada dinamika. Tapi gesekan apapun yang terjadi, selalu berakhir dengan riang gembira. Karenanya, forum Pelepasan Purna Tugas ini menjadi forum kegembiraan bersama, termasuk kesedihan. Gembira sebab banyak cerita-cerita gesekan disampaikan dengan tawa dan kelucuan argumentasi untuk memastikan sisi kemanusiaan itu lebih utama dari segalanya. Sedih sebab para senior yang purna tidak akan bertemu lagi dalam ruang kegembiraan intelektual di kampus, mengingat mereka ibarat cermin bagi yang muda-muda, khususnya, dalam proses-proses pengembangan ke depan di kampus.
Akhirnya, semoga para dosen senior yang purna tugas selalu
diberikan kesehatan dan tetap berdedikasi yang lebih luas untuk masyarakat, agama
dan bangsa, walau tidak di kampus lagi. Kita berharap, masih waktu __sesuai
dengan takdirNya_ untuk sekedar dapat bersilaturrahim dan menimbang ilmu agar
jalinan ini tidak terputus begitu saja. Semoga semua dalam bimbingan Allah SWT dalam
dedikasi yang terbaik dan keberkahan pertemanan sehingga selalu dalam kebaikan,
mengingatkan ungkapan Arab:
مرافقة الصالحين ينال منها الإنسان الثناء والذكر
الحسن
“Berteman dengan orang-orang baik menjadi pemantik seseorang
mendapatkan pujian dan sebutan yang baik.”
.......
Leave a Comment