Hakekat Waktu Bagi Manusia
إنَّ الْحَمْدَ لِلهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ
أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ
هَادِىَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ
لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الذى لا نبي بعده. اللهم صل
على سيدنا محمد صلاة تكون لكل عسر يسرا و لكل سقام شفاء وعلى آله وصحبه وسلم. أَمَّا
بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا
تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ
لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ.
Hadirin Jamaah Sholat Jumat Rahimakumullah
Mengawali khutbah ini, selaku khatib mengajak, marilah kita bersama-sama bersyukur kepada Allah SWT. atas segala nikamat yang diberikan, lebih-lebih nikmat Iman dan Islam sehingga kita dengan mudah melangkahkan kaki memenuhi panggilanNya, yakni menjalankan ibadah sholat Jum’at. Semoga ibadah yang dilakukan siang ini, diterima oleh Allah amin ya rabbal alamain. Betapa banyak orang diberi nikmat sehat, tapi sepi dari nikmat iman dan Islam tetap saja sulit memenuhi panggilanNya, walau dekat dengan masjid, bahkan cenderung mengabaikan hingga meninggalkan perintahNya.
Selanjutnya, mari kita tingkatkan kualitas taqwa kita setiap saat dengan
cara mengerjakan apa yang diperintahkan dan menjahui apa yang dilarang oleh
Allah. Hanya dengan bekal taqwa, siapapun orangnya akan memperoleh derajat
mulia disisi Allah, inna akramakum inda Allah atqakum.
Hadirin Rahimakumullah
Kehidupan manusia selalu bergerak dalam lintasan waktu, mulai pagi hingga
malam hari dan pagi lagi. Lintasan waktu yang diberikan Allah tidak berjalan
tanpa makna, melainkan mengandung makna bahwa ia turut menentukan keunggulan
manusia itu sendiri di hadapan manusia, lebih-lebih di hadapan Allah SWT, jika waktu
itu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Walau diantara kita sama-sama makan
nasi dan minum air, tapi yakinlah kualitas diantara kita berbeda sesuai dengan
perbedaannya dalam memanfaatkan waktu.
Waktu itu sendiri setidaknya ada tiga, waktu lampau, waktu hari ini dan
waktu akan datang. Tiga waktu ini tidaklah berdiri sendiri, melainkan saling
terkoneksi antara yang satu dengan yang lain. Masa lampau, misalnya, akan
menjadi sejarah bagi manusia sehingga keberadaannya menjadi penting sebagai
pengingat untuk kehidupan masa kini dan masa yang akan datang, begitu juga
seterusnya. Begitu juga masa kini, akan menentukan arah perjalanan masa depan
dan seterusnya, dengan kesadaran merefleksikan masa lalu. Bukankah, misalnya
kepemimpinan bangsa hari ini, di semua level, akan menentukan arah tujuan masa
depan dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegera dengan mengaca pada
pengalaman yang terjadi pada masa-masa naik turun kepemimpinan bangsa.
Ole karenanya, Allah SWT mengingatkan kepada kita kaitan hubungan antara
masa lalu dan masa depan sebagaimana termaktub dalam salah satu firmanNya, surat
al-Hasyr ayat 18 :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا
اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ
اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan.”
Hadirin Rahimakumullah
Ayat 18 surat al-Hasyr, khususnya pada Kalimat وَلْتَنظُرْ
نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ, yang artinya hendaklah setiap
diri memperhatian apa yang telah diperbuat untuk hari esok. Menunjukkan bahwa
apa yang telah diperbuat adalah masa lalu atau sejarah, sementara hari esok
adalah masa depan. Oleh karenanya, apapun yang anda lakukan untuk merancang
masa depan, tanpa ada proses merenungkan/mengevaluasi/belajar dengan masa lalu
dapat dipastikan masa depan itu mengalami kekosongan makna atau setidaknya
mengalami keterputusan sejarah.
Memang dalam konteks tertentu, Imam Ibnu Kasir dalam tafsirnya memaknai
bahwa yang dimaksud potongan ayat itu adalah masa lalu di dunia dan masa depan
di akhirat. Ia menafsirkan:
حاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا ، وانظروا ماذا
ادخرتم لأنفسكم من الأعمال الصالحة ليوم معادكم وعرضكم على ربكم
“Hitunglah dirimu (di dunia) sebelum akan dihitung (diakhirat), dan
perhatikan apa yang sudah anda persiapakan berupa amal sholeh sebagai bekal untuk
kembali dan menghadap Allah SWT.”
Artinya, setiap saat, seseorang harus meng-evaluasi apa yang telah
dilakukan selama ini, agar kelak diakhirat tidak mengalami berbagai macam
kesulitan hidup, sebagai hari pembalasan. Sejauh mana, waktu-waktu yang berlalu
itu diisi dengan memperbanyak ibadah, dan menyantuni sesama, agar kiranya pada
waktu berikutnya dapat meningkatkan amal sholeh sebagai bekal kembali kepada
Allah SWT. Makanya, mereka yang tidak pernah melakukan evaluasi atas lajunya
waktu, ia tidak akan pernah memiliki rancangan masa depan yang baik bahkan
waktu dianggap biasa-biasa saja yang akhirnya mengalami penyesalan dikemudian
hari. Ketika masanya, hari pembalasan, mereka berharap dihidup kembali agar
bisa beramal sholeh.
Hadirin Rahimakumullah
Namun, bila dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata yang akrab dengan
aktivitas kita sebagai insan kampus. Maka, masa lalu harus menjadi refleksi
bersama. Setidaknya kegagalan yang pernah dilakukan, jangan sampai ter-ulang
kembali dimasa kini dan yang akan datang. Misalnya, mahasiswa yang hari ini
telah akan atau proses penilaian, maka hasil buruk dan baiknya harus menjadi
refleksi sebab semuanya juga bergantung pada proses dan keseriusan berproses
sebelumnya sebagai masa lalu. Begitu juga sebagai dosen, sepanjang tahun ini
misalnya, sudah berapa karya yang telah lair, baik penelitian, jurnal maupun
buku, agar kiranya pada hari-hari berikutnya atau tahun berikutnya segera melangkah
jauh untuk melakukan proses serius agar waktu-waktu yang berjalan terus
bermakna.
Begitu juga, tenaga pendidik dan lain sebagainya sesuai dengan status
sosialnya. Bahwa perenungan dan evaluasi masa lalu penting agar tidak jatuh
kepada kesalaah yang sama, padahal masa lalu tidak akan pernah kembali.
Kerugian dimasa lalu disebabkan waktu-waktunya tidak produktif untuk kebaikan,
harus menjadi cambuk dimasa kini dan masa yang akan datang tidak terulang. Imam
Qusyairi dalam kitabnya Risalah Qusyairh mengingatkan:
الإشتغال بفوات وقت ماض تضييع وقت ثان
“Sibuk membahas
kekurangan dimasa lalu, akan memantik ketersia-asiaan waktu yang kedua”
Ungkapan ini, penting untuk menjadi pijakan agar setiap orang tidak
terjebak terhadap masa lalu yang suram, apalagi larut dalam perasaan bersalah.
Masa lalu yang buram harus menjadi pemantik untuk melompat lebih jauh dalam
melakukan perubahan agar menjadi manusia yang berguna bagi manusia yang lain
dalam bingkai ketaatan kepada Allah SWT.
Hadirin Rahimakumullah
Mengakhirnya
khutbah di siang ini, khatib ingin menyampaikan salah satu simpulan dari
perkataan para ulama kaitan dengan waktu
الوقت للإنسان ليس كالوقت للحيوانات والنبات
“Waktu bagi
manusia tidak sama dengan waktu bagi heman dan tumbuhan”
Hakekat waktu bagi manusia memiliki tanggung-jawab pengabdian kepada Allah
dan senantiasa berbuat baik kepada sesama. Tanpa semangat pengabdian dan selalu
berusaha berbuat baik kepada sesama, maka betapa sulitnya tanda-tanda taqwa itu
akan menempel dalam pikiran, hati dan amal kita sebagaimana tersirat diawal
surat al-Hasyr ayat 18 bahwa merefleksikan waktu memiliki hubungan erat dengan kadar
iman dan ketaqwaan seseorang.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan taufiqnya kepada kita semua sehingga
kita terus dan mampu memperbaikan diri untuk menjadi manusia yang lebih bermanfaat
disisa-sisa umur ini. Amin .....
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم. بسم الله الرحمن
الرحيم. والعصر إن الإنسان لفي خسر إلا الذين آمنوا وعملوا الصالحات وتواصوا بالحق
وتواصوا بالصبر
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ
الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ
وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ
الرَّحِيْمُ، فَاعْتَبِرُوْا يَآ أُوْلِى اْلأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
الخطبة الثانية
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ
وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ
إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِنِ
الصَّادِقِ الْوَعْدِ الْأَمِيْنِ، وَعَلٰى إِخْوَانِهِ النَّبِيِّيْنَ
وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَرَضِيَ اللهُ عَنْ أُمَّهَاتِ الْمُؤْمِنِيْنَ، وَآلِ
الْبَيْتِ الطَّاهِرِيْنَ، وَعَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ، أَبِيْ بَكْرٍ
وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنِ الْأَئِمَّةِ الْمُهْتَدِيْنَ، أَبِيْ
حَنِيْفَةَ وَمَالِكٍ وَالشَّافِعِيِّ وَأَحْمَدَ وَعَنِ الْأَوْلِيَاءِ
وَالصَّالِحِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ
وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ فَاتَّقُوْهُ، وَاعْلَمُوْا
أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ
عَلٰى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ
عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا
تَسْلِيمًاﱠ (سورة الأحزاب: ٥٦)، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ
مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ،
اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا هُدَاةً مُهْتَدِيْنَ غَيْرَ ضٰالِّيْنَ وَلاَ
مُضِلِّيْنَ، اَللّٰهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِنَا وآمِنْ رَّوْعَاتِنَا وَاكْفِنَا
مَا أَهَمَّنَا وَقِنَا شَرَّ ما نَتَخوَّفُ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهِ،
إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبٰى
ويَنْهٰى عَنِ الفَحْشٰاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلٰى
نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَاتَّقُوْهُ
يَجْعَلْ لَكُمْ مِنْ أَمْرِكُمْ مَخْرَجًا، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Leave a Comment