FAIR PLAY
Dalam salah satu
kesempatan, penulis menyaksikan permainan sepak bola yang dimainkan oleh anak-
di area depan rumah. Hiburan depan rumah ini menarik, bukan saja karena gratis,
tapi sekaligus "ngemong" anak sendiri yang juga ikut main sepak bola, dan melihat secara
langsung permainan mereka kaitannya kaitan bagaimana mereka bermain dalam kerja-kerja
tim dan menjaga sportivitas dalam
menggiring bola.
Pemandangan seperti
ini hampir terjadi setiap liburan Sabtu atau Minggu. Jika tidak siang hari,
terkadang di malam hari, setelah mereka semua keluar dari masjid dekat rumah
sehabis sholat Isya’ berjama'ah. Itulah dunia anak-anak, kalau sudah maunya,
tidak mengenal siang atau malam. Walau, model permainan seperti ini, menurut
penulis lebih baik dari pada anak-anak terdiam di rumah sambil menggerakkan
jari bersama HP dalam waktu berjam-jam. Padahal, efek negatifnya bermain HP terlalu lama
sangat jelas, bukan saja kepada fisiknya, tapi juga pada mentapnya; setidaknya
dalam membangun mental hedonis-individualis.
Namun, pada hari yang
berbeda, permainan bola ini menjadi aneh sebab permainannya menjadi dua. Yang
satu lebih dekat rumah, sementara yang lain permainan sebab bola agak jauh dari
rumah. Alhasil, penulis penasaran, sambil mengintrogasi anak sendiri dan teman
dekatnya, bagaimana hal ini bisa terjadi? Mereka serentak menjawab, ada
"kecurangan" dan "kekerasan" permainan, Buy (sebutan yang lazim kepada penulis).
Akupun, menjawab: santai-santai, ojo tukaran. Harus segera damai yaaa
hhhhhh.
Inilah salah satu di
antara fenomena dalam dunia sepak bola, walau kelasnya kecil di lingkungan RT.
Ketidaklaziman dalam permainan bola disinyalir menjadi salah satu pemantik
kerenggangan komunikasi antar mereka, walau tidak begitu lama sebab pemainnya
adalah anak-anak. Namanya anak-anak, semua mudah terlupakan, dan semua akan
mudah menyatu seiring perjalanan waktu, asal orang tua tidak ikut intervensi.
Namun, kejadian
seperti ini bisa menimpa semua orang dalam realitas berbeda, tidak harus dunia
sepak bola. Bahwa apa yang disebut fair play itu penting dalam realitas
kehidupan sosial, apalagi dalam realitas sosial yang beragam baik suku, agama
maupun ras. Bahkan, dalam rumah tanggapun, fair play adalah salah satu
kunci yang mengantarkan rumah tangga akan melahirkan saling kerjasama dalam
menyelesaikan problem sesuai dengan kapasitas masing-masing dan kesepakatan
domistik yang ditanam diawal proses membangun rumah tangga.
Betapa, banyak rumah
tangga hancur (broken home), ketika fair play sudah tidak menjadi
role model dalam membangun rumah tangga sesuai dengan kesepakatan antar
pasangan. Setiap individu selalu ingin menjadi pemenang, tanpa mempertimbangkan
hak dan kewajiban masing-masing. Itu artinya, sejatinya pemenang dalam konteks
ini, tidak lain adalah mereka yang konsisten pada alur yang telah disepakati,
misalnya untuk saling menghargai hak dan kewajiban masing-masing.
Itulah pentingnya fair
play
dalam kehidupan. Tanpa fair play, dapat dipastikan kerumitan dalam hidup
akan lebih besar, daripada kenyamanannya. Karenanya, fair play dalam
konteks sosial adalah interaksi antar sesama dalam bingkai aturan yang
disepakati sebab kehidupan sejatinya adalah dunia permainan yang bingkai dengan keteratusan sistem.
Demokrasi Riang
Gembira
Tahun 2024, pesta
demokrasi akan digelar dengan dilaksanakannya Pemilihan Umum. Sengaja, penulis
menggunakan kata pesta sebab ia ada agenda lima tahunan yang harus disikapi
dengan riang gembira sebagaimana
kita ikut melihat atau terlibat dalam pesta, bukan dengan sikap
yang menyedihkan, apalagi menakutkan. Hal ini penting, agar kiranya semua tidak
hanya berpikir soal proses ber-Pemilu, tapi perlu berpikir sejauh mana pemilu
kali ini memberikan warna konkrit bagi kemaslahatan bangsa secara menyeluruh.
Agar kegembiraan
berdemokrasi ini benar-benar terwujud, maka fair play harus menjadi
standar konkrit bagi semua pihak, terlebih para kontestan yang merebut suara
rakyat, KPU, BAWASLU dan Pemerintah. Pastinya, standar itu berpijak pada aturan
main yang telah disepakati, khususnya kaitan dengan semua proses pelaksanaan
pemilu hingga netralitas apatur negara yang mengawal semua proses-proses
berdemokrasi pada pemilu 2024.
Kaitan dengan ini,
penulis teringat ungkapan Ibnu Khaldun dalan bukunya “Muqaddimah ibnu Khaldun” sebagai berikut:
إنّ تنظيم الحياة الاجتماعية وتصريف أمور الملك يتطلّب الرجوع إلى قوانين سياسية مفروضة يسلمها الكافة وينقادون إلى أحكامها.
"Sesungguhnya
mengatur kehidupan sosial dan menggerakkan kekuasaan dibutuhkan kembali pada
undang-undang yang disepakati dan diterima semua kalangan dan tunjuk pada
keputusan itu.”
Oleh karenanya, apa yang disepakati dari proses pesta demokrasi 2024 harus
menjadi payung bersama semua pihak, terlebih para elite-elite politik yang
terlibat langsung dalam kontestasi pemilu 2024. Elite politik harus memberikan
pelajaran dan teladan, bagaiman menjadi pemenang yang menjunjung tinggi Fair Play
dalam setiap proses mulai kampanye hingga penghitungan dan penetapan.
Kemenangan yang lahir dari proses-proses yang tidak fair akan melahirkan
nilai-nilai demokrasi yang tidak baik dalam konteks sejarah politik kebangsaan. Bahkan, menyisakan kerenggangan antar anak
bangsa. Bukankah, demokrasi yang dalam pemilu yang tidak fair play akan
menjauhkan kualitas pembumian substansi demokrasi itu sendiri, bahkan bisa
memantik kerenggangan antar anak bangsa dalam waktu yang cukup lama sebagaimana terjadi pada pemilu-pemilu sebelumnya yang memunculkan istilah Kadrun vs Cebong.
Akhirnya, mari kita fair play dalam semua lini kehidupan sosial, budaya dan politik. Upaya mewujudkan fair play tidak lain bergerak dalam semua lini kehidupan sesuai dengan nilai-nilai yang disepakati bersama sebagai standar pemandu bagi kemaslahatan bagi semua orang. Jadilah pemenang yang bermartabat, agar demokrasi lebih bermartabat. Kontestasi Politik bukanlah abadi, yang abadi adalah persaudaraan antar sesama anak bangsa. (*)
----------
gambar dikutip dari: https://www.google.com/search?q=POLITIK+2024+kartun&sca_esv=586929607&rlz=1C1ONGR_enID1028ID1028&tbm=isch&sxsrf=AM9HkKkZxAdXlbnCGRkmz3IlreZfduEvrA:1701426635163&source=lnms&sa=X&ved=2ahUKEwji1MyRhO6CAxXi1DgGHXOJBTEQ_AUoAXoECAEQAw&biw=1920&bih=963&dpr=1#imgrc=SNwcz1HPaT1t4M
Leave a Comment