THE WISE CHARACTER DALAM MENYIKAPI NEW NORMAL
SAMSURIYANTO
Dosen Studi Islam pada International
Undergraduate Program,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Allah SWT. memberikan ujian kepada orang-orang
beriman, guna meningkatkan sikap religiusnya. Rasulullah SAW. adalah teladan
kita yang bersabar atas semua cobaan dari-Nya. Covid-19 (Coronavirus Disease
2019) adalah bagian dari ujian yang diberikan oleh-Nya untuk kita. Mencegah
transmisi penyakit ini tidak hanya menggunakan masker dan menjaga jarak fisik,
tetapi juga dengan mengandalkan doa.
Pasrah saja, tanpa doa dan usaha, adalah
juga cara yang kurang bijak (not wise) dalam menyikapi pandemi ini di
era New Normal. The wise character (sikap bijak) dalam mencegah
penyakit yang menyerang saluran pernapasan ini adalah melakukan tiga bentuk
metode yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya. Seperti, meningkatkan
sikap keberagamaan, mentaati protokol kesehatan serta pasrah dan berpikir
positif kepada-Nya.
Meningkatkan Jiwa Spiritual
“Berdoalah kepada-Ku, maka Aku
akan kabulkan untuk kalian,” terjemah dari Alquran Surat Al-Mukmin ayat 60.
Berdoa adalah senjata orang-orang beriman, termasuk agar selamat dari Covid-19
di era New Normal. Berdoa dapat menenangkan hati dan mencegah
emosi. Jika orang gemar menahan emosi,
hidup bisa tenang. Berapa banyak orang menjadi stress karena tidak bisa menahan
emosi? Dengan demikian, doa mengajarkan
kita juga untuk mengatur emosi dengan stabil.
Jika kondisi psikologis seorang
muslim menjadi normal, maka akan bersikap hati-hati dalam segala hal. Karakter
hati-hati di antara dua sikap yaitu, ketakutan dan kecerobohan. Sikap hati-hati
akan melahirkan karakter tenang dan moderat (calm and moderate character).
Dalam kasus Covid-19, tidak takut secara berlebih dan tidak ceroboh. Ketakutan
berlebih hanya akan merusak kejiwaan, demikian juga dengan kecerobohan. Ketika berdoa, harus yakin bahwa permohonan
akan diterima, tidak boleh ragu sedikit pun. Tetapi yang perlu diingat bahwa,
doa yang kita panjatkan akan dikabulkan sesuai dengan kehendak Allah SWT, bukan
kemauan kita.
Moh. Ali Aziz (2014: 154-156) dalam 60
Menit Terapi Shalat Bahagia menyatakan bahwa ada doa yang sudah dipanjatkan
lebih dari sepuluh tahun, tetapi tidak ada tanda-tanda terkabulnya doa.
Tanggung jawab dan kewajiban kita sebagai hamba hanya memohon. Apakah hajat
kita diterima atau tidak adalah hak-Nya. Demikian juga hak-Nya adalah untuk
menjawab permohonan sesuai dengan keinginan kita atau tidak. Setiap muslim
harus patuh kepada kehendak-Nya berupa waktu terkabulnya hajat. Kita harus
sabar menanti jawaban-Nya. Sebab jika sedikit saja ada perasaan tergesa-gesa,
hajat itu tidak akan dikabulkan oleh-Nya.
Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya
itu lebih lanjut menjelaskan bahwa permohonan dengan harapan terkabulnya dengan
cepat berarti mendikte Allah SWT. Artinya, ia berperilaku sebagai manusia yang
melebihi Maha Kuasa-Nya. Tidak semua hajat manusia diterima dengan segera. Ada
saatnya dibutuhkan kesabaran hebat dan kuat. Sebab Dia sudah menciptakan
jadwal, kapan sebuah doa dikabulkan. Bahkan, hajat itu bisa diterima setelah
pemohonnya sudah wafat. Kesabaran menanti jawaban doa termasuk budi pekerti
mulia dan utama dari seorang hamba kepada-Nya.
Melindungi Manusia
Menjaga badan (keep the body)
adalah anjuran dari agama. Bergerak dan berolah raga untuk melenturkan
sendi-sendi tubuh sangat baik untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Tidak heran jika Rasulullah SAW. itu sehat,
karena di antaranya suka berolah raga, seperti berkuda, berenang dan memanah.
Salat adalah ritual yang dilakukan
melalui ucapan dan gerakan. Selain salat wajib, maka juga melakukan salat
sunah. Gerakan salat dengan frekuensi banyak dan durasi lama bisa bermanfaat
untuk tubuh, sehingga dapat membentuk badan sehat. Tubuh sehat dengan banyak
bergerak, bisa mencegah penyakit yang berasal dari Wuhan, Tiongkok tersebut. Di
pagi hari bisa melaksanakan Salat Duha. Selain bernilai ibadah, juga bisa
meyehatkan tubuh.
Rasulullah SAW. makan ketika lapar
dan berhenti sebelum kenyang. Jika makan ketika kenyang, berarti menambah beban
terhadap tubuh, sehingga menimbulkan penyakit. Ini sungguh berbahaya. Penyakit banyak
merusak tubuh karena pola makan yang tidak baik. Selain menjaga pola makan
dengan baik, imunitas akan bagus dengan mengkonsumsi makanan bergizi. Sehingga bisa
membentuk daya tahan tubuh yang dapat mencegah dari Covid-19.
Menjaga kebersihan juga cara efektif
untuk mencegah penularan Covid-19. Rasulullah SAW. senantiasa menjaga wudu.
Dalam wudu, kita dapat membersihkan wajah, bagian tubuh yang harus dilindungi
agar tidak tertular Covid-19. Lalu mensucikan tangan, agar terhindar dari
penyakit yang menyerang sistem pernapasan ini. Kaki juga dibasuh, karena anggota
badan yang memindahkan manusia dari satu tempat ke tempat lain.
Selain menjaga tubuh sendiri dari Covid-19,
juga melindungi manusia yang lain (protect humans). Surat Al-Maidah ayat
32 mengedukasi kita untuk menjaga kehidupan serta mencegah kerusakan.
Menyelamatkan satu manusia sama dengan melindungi seluruh orang. Sementara
membunuh satu manusia sama dengan membombardir semua orang. Metode kesadaran
diri ampuh untuk memutus mata rantai Covid-19. Merasa bahwa kita seolah-olah
terpapar virus ini, sehingga menggunakan masker ketika bepergian dan menjaga
jaga fisik agar tidak menularkan kepada orang lain. Manfaat memakai masker
adalah menyelamatkan diri, dari kondisi luar serta melindungi orang lain, jika
badan kita tidak sehat.
Tawakal dan Berpikir Positif
Setelah berdoa dan berusaha, maka
saatnya pasrah kepada Allah SWT. atas semua masalah termasuk agar selamat dari
Covid-19 di era New Normal. Sebab rencana-Nya adalah terbaik untuk kita.
Dia Maha Mengetahui atas diri kita, sebab Dia yang memiliki kita. Kita bukan
milik kita, tetapi kita adalah hak pakai atas diri kita.
Tawakal tentu diiringi dengan
berpikir positif. Rasulullah SAW. bersabda, “Allah SWT. berfirman,
‘Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku terhadap Aku” (HR. Imam al-Bukhari
[7505] dan Imam Muslim [2675] dari Sayyiduna Abu
Hurairah RA.). Hadis ini mengajarkan bahwa kita harus berpikir positif kepada
Allah SWT. Optimis dalam bekerja, belajar dan melakukan kegiatan produktif
walaupun di tengah kondisi yang diatur dengan protokol kesehatan.
Surat Al-Insyirah ayat 5 dan 6
menegaskan bahwa setelah kesulitan pasti ada kemudahan. Pandemi ini bagian dari
kesulitan. Kita harus merayu – bahkan memaksa diri jika tidak dapat dirayu –
bahwa kemudahan akan pasti terjadi atas izin-Nya. Kemudahan itu di antaranya,
vaksin ditemukan, kasus positif semakin menurun sampai habis, jumlah pasien yang
sembuh semakin meningkat, tidak ada lagi kasus kematian akibat penyakit ini, ekonomi
meningkat, rakyat sejahtera, sehingga akhirnya kehidupan kembali normal seperti
sebelumnya.
Memutus rantai Covid-19 harus
menggunakan sikap bijak, yaitu berdoa, berusaha serta pasrah dan berpikir
positif. Ketiganya adalah bagian yang saling terkait, dan tidak dapat
dipisahkan. Wallaahu a’lam.
Leave a Comment