AKAL, ADAB DAN EKSISTENSI KITA
ما وهب الله لامرئ هبة # أفضل من عقله وأدبه
هما
حياة الفتى فإن فقدا # فإن فقد الحياة أليق به
Allah
tidak memberikan sesuatu kepada seseorang
yang
lebih utama dari pada akal adabnya
Akal
dan adab petanda pemuda itu hidup. Jika keduanya sirna
maka
kematian lebih layak baginya
......................................................
Satu hal yang patut menjadi perhatian bersama bahwa kita sebagai manusia tergolong sebagai makhluk terbaik dibandingkan dengan makhluk Allah SWT. lainnya, termasuk malaikat sekalipun. Ada banyak alasan, salah satunya mengutip Syaikh Muhammad Thanthawi al-Azhari dalam karyanya Tafsir al-Wasith, ketika menafsirkan ayat fi ahsani taqwim adalah bahwa manusia memiliki akal yang sempurna sehingga membedakan dengan makluk yang lain.
Dengan akal, manusia
selalu ingin tahu tentang banyak hal. Akibatnya, banyak temuan manusia menghasilkan
hal-hal yang cukup bermanfaat bagi manusia yang lain, baik langsung maupun
dalam waktu yang lama. Sebut saja di antaranya Ibnu Sina yang dengan
kecerdasannya mampu menemukan cara membuat obat bius, yang sangat bermanfaat
dalam dunia kedokteran. Atau Andy Rubin yang menciptakan Android hingga banyak orang
memanfaatkan temuannya, bahkan memiliki ketergantungan atas kecanggihannya
menjadi semacam Hp Android.
Menariknya dari
Rubin adalah keingintahuannya menggebu, tanpa pantang lelah dan menyerah, dengan
coba-coba atau otak atik tekhnologi dan akhirnya berhasil. Bahkan kunci
rumahnya, tidak menggunakan kunci biasa, melainkan menggunakan retina mata yang
dikoneksikan scanannya. Hanya orang yang retinanya sama, yang bisa
membuka pintu. Begitulah dua contoh dari akal bila difungsikan dengan baik akan
melahirkan banyak temuan yang bermanfaat.
Tapi, harus
diketahui, penggunaan akal secara maksimal juga tidak akan memiliki sisi
kebaikan, jika tidak ditopang oleh kuatnya nilai keadaban pemiliknya sebagai
dasar dalam berkarya. Adab atau tatakrama adalah semacam basis nilai yang dapat
mengukur agar apapun temuan yang dihasilkan selalu dilandasi dengan nilai-nilai luhur,
misalnya kejujuran, budi pekerti yang baik, rasa malu dan karakter baik
lainnya, yang ujung-ujungnya memperoleh keridhaan dari Allah SWT dan Rasul-Nya.
Dengan begitu,
maka akal dan adab laksana dua mata uang yang saling membutuhkan, bahkan menjadi
penopang eksistensi masing-masing. Akal tanpa adab bermasalah sebab akan banyak
bermunculan orang-orang cerdas dan pinter yang tidak “ngerti”; bahwa dia tidak
selamanya hidup dan tidak hidup sendiri sehingga harus hati-hati dalam berkarya.
Begitu juga adab tanpa akal akan kurang mengalami perkembangan.
Kutipan di atas
di awal tulisan ini, dari Sayyid Afandi Muhammad dalam kitabnya al-Tahliyyah
wa al-Targhib fi al-Tarbiyah wa al-Tahdzib, halaman: 15, layak menjadi
renungan bersama agar eksistensi kita –khususnya pemuda-- benar-benar menjadi
manusia terbaik, manusia yang mampu menggunakan akal dengan sebaik-baiknya di
satu sisi dan mendasari semua kehidupannya dengan adab, yakni dengan berakhlak mulia
yang diridhai oleh Allah dan Rasulnya. Jika
tidak, nampaknya mati itu lebih baik dari pada hidup bikin kerusakan di
mana-mana. Semoga kita selalu berada dalam pilihan terbaik. Amin.
Leave a Comment